Senin, 29 November 2010

TIBA-TIBA

Tiba-tiba semua merasa tahu, “Jangan yang itu, bisa sakit kamu.”
Tiba-tiba semua merasa benar, “Mau kemana kamu? Disitu tak aman.”
Tiba-tiba semua merasa pintar, “Halah, yang seperti itu aku juga pernah, dulu.”
Tiba-tiba semua berteriak, “Hei, hentikan bicaramu. Dengarkan aku!”
Tiba-tiba semua menjatuhkan palu, “Laknat kamu!”

Tiba-tiba terasa sesak, “Haruskah berteriak untuk didengar dan melupakan kalau kata bukan hanya untuk keras diucapkan tapi untuk dimaknai lebih dulu?”
Tiba-tiba terasa pusing, “Kenapa harus memaksakan suara yang memang tak pernah dan tak untuk disamakan?”
Tiba-tiba merasa lelah, “Jika semua berteriak, siapa yang mendengar?”
Tiba-tiba muak, “Jika semua dijejalkan, kapan bisa belajar? Sedang rasa tak hanya untuk digambarkan tapi dirasai.”
Tiba-tiba ingin berontak, “Maka laknatlah jika pilihan ini begitu sulit dimengerti.”

Tiba-tiba semua diam, tak lama, karena bibir memang untuk bicara dan kata tak semudah itu dipenjara
Tiba-tiba otak berputar, entah berpikir, apakah setuju atau tak setuju, ikut-ikut atau berlalu
Tiba-tiba mengobok-obok, tentang A dan Z, satu atau sepuluh, kawan atau musuh
Tiba-tiba bergerombol, kamu disitu, aku disini, sebagian berkelompok, sebagian berdiri, sendiri
Tiba-tiba lupa diri, memaki juga menyumpahi, dan turunlah laknat pada manusia yang katanya tak tahu diri

Bukan tiba-tiba jika kemudian ingin pergi, tak ingin ada suara, tak ingin berkata
Bukan tiba-tiba jika memilih lari, suara mengejar, kata-kata menghantui
Bukan tiba-tiba jika memilih bisu, terlalu sesak, tak juga bisa keluar
Bukan tiba-tiba jika memilih mati, hapuslah satu wajah dengan seribu kata juga suara yang telah beku
Dan tiba-tiba semua hanya tinggal nama, yang terkenang sebentar kemudian hilang bagai debu

Surabaya, 29 November 2010

Senin, 16 Agustus 2010

AMBIL, INI BUKAN PUNYAKU

Seperti sebuah foto yang mulai buram
Serpihan-serpihan coba dikumpulkan
Sakit, yang begini tak juga mudah
Datang di tiap malam, kebisuan tak memberi celah
Tapi jika ini sebuah jawaban
Maka lambaian adalah kenangan
Kata tak pernah murah, tak untuk diobral
Sudahlah, bukankah yang seperti ini yang menguatkan?
Bahwa tak ada yang benar-benar bisa digenggam
Dan berjalanlah kaki menuju mimpi
Yang kadang nyata tapi kemudian menertawai
Setiap harga tak lebih mahal dari apa yang mampu memperkaya diri
Meski usang tetap akan tersimpan
Seperti senyuman, akan terus terbayang
Sebuah lembar dari sekian yang tertulis
Satu episode dari puluhan yang belum tahu kapan habis
Mungkin hanya sebuah koma, mungkin juga titik
Ambil, apa yang memang bukan punyaku ini

Selasa, 20 Juli 2010

Kekasih Bukan Malaikat

Kekasih bukan malaikat, dia hanya bersayap
Bukan pagi, pada sebuah malam
Sayap putih, bertelanjang dada
Tanpa kepala, tak ada rupa
Tak terlihat terbang, tidak juga untuk suara
Ini bukan surga, aku tak ingin bermimpi
Neraka, aku belum mati
Aku bukan malaikat, kutak bersayap
Melayang bukan terbang
Di atas bumi, di bawah langit
Bukan kupu-kupu dalam sebuah taman
Seperti sebuah potret lama, sephia
Kekasih bukan malaikat meski dia punya sayap

Senin, 05 Juli 2010

TERTUTUP LISAN INI

Sekali lagi lisan dihianati, oleh kata yang sering kali disalaharti
Kata yang kemudian terdengar menyakiti, kata yang bahkan tak bisa berdiri sendiri
Dan jari yang terlanjur menunjuk, jari yang lebih tajam dari belati
Tak lagi bisa dihindari, tidak juga untuk ditepis
Maka perlihatkan wajah yang sebenarnya
Hati yang katanya teraniaya, hati yang kemudian justru melukai
Lisan ini pun tertutup, tentu saja dia takut
Karena entah telinga, entah otak, tak juga pintar mencerna
Bukan tentang siapa, bukan tentang lalu
Apa yang ada di kepala, di luar logika
Maka inikah wajah itu?
Sudah tertutup lisan ini
Tak lagi ada kata, biar hanya huruf yang bicara
Seperti apa terbaca?
Biar kulihat wajah itu sebenarnya

Senin, 14 Juni 2010

TITIP MIMPIKU

Bahkan waktu pun tak lagi kumiliki
Sekedar menyapa lalu pergi
Mimpi-mimpi ini kutitipkan padamu
Dan pikiran yang terus berteriak di kepalaku

Ruangku semakin sempit
Untuk setiap gerak tanah harus runtuh
Tak akan kutinggalkan janji
Karena kembali mungkin hanya akan menyakiti

Langit di atas bukan tempatku
Tapi disini pun aku malu
Menanggung dosa yang membebani langkah
Menghapus noda yang tak terjamah

Jika suatu saat ingat namaku
Kenanglah yang membuatmu tersenyum malu
Karena tertawa kadang luka
Dan tangis hanya akan merajam jasadku

Bumi terbuka kuharap mau menerima
Tubuh yang dulu debu juga hina
Tak tahu kapan akhirnya
Tapi foto ini sudah semakin pudar warnanya

Mimpi-mimpi ini kutitipkan padamu
Meski mungkin tak sempat semoga bisa jadi pengingat
Bahwa tawa tak selalu suka
Dan tangis kadang tak butuh air mata

Minggu, 23 Mei 2010

CATATAN SEBUAH PAGI

Matahari malu-malu ketika aku menyapanya
Mendung menyisakan sedikit dingin sisa hujan semalam
Belum melihat cahaya, perut menggeliat minta ditanya
Ah, pagi memang selalu mempesona

Seringnya kantuk kembali menyerang
Karena malam yang terasa terlalu singkat
Menyapa dan lewat ketika mata bahkan belum sempat terlelap
Dan bangkit adalah pilihan yang harus diperjuangkan

Perempuan-perempuan di pagi hari
Aroma bumi sebelum mandi
Basah dalam peluh karena tubuh adalah api dan hujan bukanlah air disini
Musik menggerakkan jiwa dan hati yang masih lelah

Berita dan cerita yang tidak jauh berbeda
Ilmu yang sering mahal dan bencana yang diobral dimana-mana
Tapi senyum tak pernah tak berguna
Dan matahari akan tetap datang meski banyak yang mencacinya

Catatan sebuah pagi kembali ditorehkan
Tentang perempuan yang dibilang edan
Melawan kebodohan dengan bacaan
Karena sekolah tidak pernah menjadi jaminan, seringnya menyebar ketakutan

Dan dialah matahari yang bersinar terang pagi ini
Bagi mereka yang bahkan tak berani bermimpi
Seribu kali dibilang gratis, sejuta kali harus meringis
Maka siapa yang bisa menghalangi matahari ini untuk terus bersinar di setiap pagi?

Rabu, 19 Mei 2010

MUAK

Dengan puluhan kata, tergerak
Tidak pernah terlalu banyak, seringnya kekurangan
Barisan ini bukan pelarian, tak juga menyembuhkan
Semua terlontar, mengalir seperti air yang memang bukan untuk dibendung
Tak mempan oleh sentuhan
Muak terlanjur menyeruak

Dalam ratusan kata, tersedak
Berlarian, seperti sperma yang berlomba memenangkan sel telur
Bertabrakan, menerjang, meradang, siapa yang menang
Satu kata terbaca, satu pikiran terungkap
Yang lain berguguran, mundur untuk kembali berjuang
Sebuah kekalahan bukan untuk kematian

Di sebuah dunia, jutaan kata terpenjara
Puluhan, ratusan, bahkan mungkin jutaan lamanya
Jangan tanya baunya, busuk menyebar kemana-mana
Dan warna yang semula rupa-rupa tinggal satu adanya
Karena yang kuat selalu yang menang, si lemah hanya membudak
Pada keparat yang jadi raja, pada hitam yang suka menganiaya

Dengan satu kata, dalam satu impian, di sebuah dunia
Yang berguguran merapatkan barisan
Para budak menyatukan pikiran, tak bisa lagi dibiarkan
Seragam adalah pemerkosaan dan didengar bukan lagi pilihan
Maka muak bukanlah cacian
Tapi kata yang bahkan terlalu sopan untuk diucapkan

Surabaya, 19 Mei 2010

Minggu, 16 Mei 2010

PRASANGKA YANG MEMBUNUH

Terbiasa melihat gelap, hilang dalam terang
Terbiasa dalam gelap, sinar terlalu menyilaukan
Dan manusia ini mulai mencaci
Pikiran adalah iblis yang harus dibasmi

Tak biasa terlihat, sesat di suatu siang
Matahari tak terdefinisi sebagai kawan
Lawan semua yang datang
Basmi siapa saja yang menantang

Terbiasa dilihat miring, terbiasa melihat si sinting
Kata pun terdengar seperti hukuman
Oleh mereka yang mengaku normal
Mereka yang tidak biasa mendengar

Dan ini hanya kesekian kali
Dan ini mungkin tidak akan pernah berhenti
Dalam pikiran penuh prasangka
Dalam pikiran para tersangka

Maka menerjang bukan lagi pilihan
Dan makian hanya satu dari sekian curahan
Dari apa yang ditudingkan
Dari mereka yang mengaku kiriman tuhan

Lari tidak membawa kebaikan
Seringnya diteriaki bajingan
Jika hitam memang harus menjadi hitam
Yang seperti ini bukan kesalahan

Maka prasangka ini hanya ujian
Untuk manusia berlabel setan
Dan sangkaan ini adalah sebuah jalan
Untuk iblis yang mengaku tuhan

Senin, 26 April 2010

SEPI YANG MINTA DIMENGERTI

Ada sepi yang minta dimengerti
Tentang cerita yang dulu ada dan kini pergi
Bersama meski tak satu hati
Karena rasa kadang sulit dipahami

Ada hambar yang kadang melolong
Terlalu lama ditodong
Oleh bualan dan omong kosong
Berbuah mimpi di siang bolong

Berbagai tanya bertanduk prasangka
Dengan jari yang lurus menunjuk
Tunduk pada sebuah rasa
Takluk pada satu mata

Jangan tanya seperti apa
Karena seribu dan sejuta tak ada beda
Bersama adalah kata
Yang kadang tak berjiwa

Ada sepi yang minta dikasihani
Mengadu pada air mata
Yang mengalir tanpa diminta
Pada benci dan rindu yang menjadi satu

Masa tidak pernah untuk kembali
Kenangan adalah harta tak ternilai
Tentang pelajaran hidup dan mati
Dari nilai juga harga diri

Maka ketika sepi menyapa lagi
Mimpi tempat mengobral janji
Jika pada masa yang akan datang
Tidak akan lagi lari

Selasa, 20 April 2010

HARI INI, DUA TAHUN YANG LALU

Hari ini, dua tahun yang lalu
Pagi datang seperti biasa, kusapa dia ketika langit masih diselimuti gelapnya
Langkah kaki menembus sisa malam yang dingin oleh embun
Bahkan penghuni surau pun belum beranjak dari dzikirnya
Senandung syukur atas nafas yang hangat di dada
Sebuah kepasrahan pada pencipta semesta
Menapaki jalan yang telah meninggalkan jejak
Membuat kaki bermata meski mata seperti buta
Hari ini, dua tahun yang lalu
Ketika kabar bisa begitu cepat seolah mengedipkan mata
Detak jantung tak beraturan, kehilangan ritmenya
Walau kata sempat diucap, tak terpikir seperti ini jadinya
Berpikir dan kenyataan tetap lebih pahit rasanya
Kalau ini sebuah jawaban, aku lupa pertanyaannya
Karena aku hanya meminta yang terbaik untuk dirinya
Dan disinilah aku, mengenang yang dulu ada yang kini pergi untuk selamanya

Sabtu, 17 April 2010

AKU HANYA SEORANG JALANG

Aku hanya seorang jalang
Yang menggembara dari malam ke malam
Dan terpaksa menelan peluh para bajingan

Aku hanya seorang jalang
Yang tak lagi takut gelap
Dan justru berkawan dengan setan

Aku hanya seorang jalang
Yang tak lagi menyebut diri hidup
Karena kematianlah yang sering kupikirkan

Aku hanya seorang jalang
Yang tertipu cinta
Dan gentayangan di antara dua alam

Aku hanya seorang jalang
Jangan tanya nama
Karena aku punya puluhan bahkan ratusan

Aku hanya seorang jalang
Yang tidak berani bermimpi surga
Cukup asal makan

Aku hanya seorang jalang
Yang menyebarkan benih kebencian
Tanpa pernah tahu siapa yang memintaku dilahirkan

Aku hanya seorang jalang
Yang tak lagi punya bayangan
Karena cermin terlalu jijik untuk memantulkan

Aku hanya seorang jalang
Yang meneriaki takdir
Memaki manusia, malaikat juga tuhan

Panggil saja aku jalang
Karena aku tahu kamu tidak lebih baik dariku
Dan aku sudah tidak peduli meski nyawaku melayang

Kamis, 15 April 2010

PENDOSA

Malam pekat, tak istimewa
Hanya hitam yang lain dari kamar yang sama
Bagaimana dengan hujan yang menyapa?
Masih dengan rintihan pilunya
Tentang langit yang tak kuasa menahan dosa
Bumi dengan manusia yang terus mengencinginya
Dimana aku di antara dinding-dinding?
Kadang tak bernyawa, hanya suara
Yang sekian lama terpendam
Tak lagi ingin dibungkam
Bahwa nurani semakin lelah
Pada apa yang mereka bilang benar atau salah
Karena yang terdengar hanya bualan
Yang keluar dari mulut para jahanam
Bersumpah atas nama tuhan
Kemudian bersimpuh pada altar setan
Malam pekat bukan hanya tak istimewa
Tidak hanya hitam tapi merah membara
Pada dada, hati dan kepala
Hujan telah menjadi raungan
Melihat nyawa yang begitu mudah melayang
Tak lagi ada manusia yang disohorkan akalnya
Hanya pendosa yang menjadi vampir atas saudarnya

Minggu, 11 April 2010

LAPTOP TANPA TULANG

Laptop tanpa tulang, bukan daging memang
Tidak mengenal capek, panas mungkin
Tanpa mengeluh meski sering digebrak
Tak berteriak, diteriaki tak kadang-kadang
Sudah tahu tanpa tulang, bukan hewan memang
Tidak keropos, protes dengan caranya sendiri
Bukan kalsium yang dibutuhkan, tak perlu makan
Si empunya minum, dia tetap diam
Laptop tanpa tulang tersayang,
Disanjung dan dipeluk tak hanya sepanjang malam
Digelitiki oleh jari yang mengeluarkan kata-kata nakal
Dibilang bejat kadang juga sesat
Sering diluruskan padahal tahu dia tak bertulang
Jika dia salah bukan berarti yang bilang benar
Kalau harus mengalah bukan juga karena tak bisa menang
Dia tak bertulang, sekali lagi, bukan daging memang
Hanya karena berbeda jangan selalu jari diacungkan
Seolah tulang bisa menyangga sebuah kebanggaan
Atas ego yang kadang tak beraturan dan semakin awut-awutan

Selasa, 06 April 2010

ANTARA AKU, KAMU, SETAN DAN MIMPI YANG TERGANTUNG

Antara aku, kamu, setan dan mimpi yang tergantung,

Sebujur raga yang katanya berjiwa
Tak mau mengikuti, bosan diikuti
Enggan pergi meski seringnya lari
Pada kamu yang dicari
Pada setan yang datang
Pada mimpi yang membuatnya tak mau bangun

Seutas senyum pada wajah
Bukan hanya manis tapi rupawan
Sudah pergi, masih dinanti
Oleh aku yang katanya tak bisa mati
Oleh setan yang menduduki ruh ini
Oleh mimpi yang ingin segera diakhiri

Sederet gigi yang menunjukkan seringai
Tak terlihat menakutkan, justru menggetarkan
Bercokol dan terus menggoda,
Aku yang terpana dengan dungunya
Kamu yang semakin bersinar dengan biasnya
Mimpi yang melambai-lambai di langit-langit kamar

Sebuah harapan yang mereka sebut mimpi
Membuat jiwa bertahan meski hati melemah
Kadang berkedip kemudian meneriaki,
Aku yang semakin rapuh
Kamu yang semakin jauh
Dan setan yang semakin tak tahu diri

Antara aku, kamu, setan dan mimpi yang tergantung,

Mana yang akan terus berdiri
Dengan keyakinan yang telah berubah menjadi kesombongan
Entah kemampuan karena kelemahan menjadi senjata,
Untukku mengutuk tuhan
Untukmu memaki takdir
Untuk setan memperdayai aku dan kamu
Dan untuk mimpi yang masih tergantung, entah sampai kapan

Sabtu, 03 April 2010

SETAN MEMINJAM WAJAHMU

Matahari tak kulihat pagi ini
Serpihan dari apa yang sudah berubah menjadi tragedi
Kekuatan sebuah bayangan
Atau sosok yang ternyata setan
Jika malam gelap, bukan karena matahari mati
Tapi memberi waktu pada wajah-wajah lelah
Yang ingin lelap sekali lagi
Tak terlihat angkuh, hanya tak lagi peduli
Detik yang merangkak sekarang sudah bisa lari
Dan masih tak terlihat matahari
Anak-anak setan yang berubah manis
Meminjam rupa tak berdosa
Memaksa pagi muram dengan mendung menghias awan
Bencana tidak datang satu hari
Pada suatu pagi, dalam sekejap mata
Karena ada yang menemukan wajah
Dan meminjamnya atas nama rasa
Masih matahari tak muncul saat ini
Terlanjur malu atau bukan masanya lagi?
Jika pagi tak lagi terang, bagaimana aku tahu malam sudah datang?
Sedang wajah-wajah yang muncul semakin menyeringai
Memperlihatkan taring juga kekuatan untuk menghantui
Hentikan kegilaan ini
Asal kamu tahu, setan telah meminjam wajahmu

Minggu, 28 Maret 2010

ADA BURUNG PAGI INI

Seekor burung terlihat riang pagi ini
Dari ranting ke ranting dia melompat
Meski tak keras, terdengar merdu cicitannya
Di antara hijau dia bercengkrama
Mulutnya penuh dengan semut yang tertangkap
Tak ada tangis kematian, hanya sebuah lingkaran
Dari siklus yang lebih tua dari pohon ratusan tahun di pinggiran desa
Tak ada penyesalan, sebuah aktivitas yang akan terus berjalan
Bukan mensyukuri ketiadaan tapi kebanggaan bahwa masih ada burung yang bisa terbang
Di sebuah desa yang mulai kehilangan sejuknya
Tak lagi mudah menangkap panorama yang dulu biasa
Matahari yang menembus hijau dedauanan
Burung yang bukan hanya berkicau tapi berkejaran
Sekawanan ayam yang saling berebut makanan
Bahkan ikan pun tak akan menangisi keluarganya
Yang harus berakhir di atas piring dengan lalapan seadanya
Demi sebuah keseimbangan yang harus tetap terjaga
Pemandangan yang semakin jarang terlihat di buku gambar anak sekolah
Apa yang dulu kita sebut surga, haruskah kita sebut mimpi saat ini?
Karena sungai tak lagi menyimpan ikan tapi racun yang siap mengintai
Pohon yang dulu rimbun berganti dengan jajaran tiang dan menara
Bukan meredam sengat mentari tapi justru menantangnya
Dan gedung bukan hanya tinggi tapi mencakar langit yang semakin terintimidasi
Jika masih kulihat burung pagi ini, mimpikah aku?
Tentang desa yang dulu pernah ada
Atau jangan-jangan, aku sudah ada di surga?

Senin, 22 Maret 2010

JANGAN LARI

Bukan hanya bagian dari kebusukan tapi lahir dari sini
Kenapa akan terus menjadi sebuah pertanyaan
Karena jawaban bukan hanya sedang di awang-awang tapi akan terus melayang
Ketika hati tidak lebih dari dengki
Dan otak lebih sering kram daripada berfungsi

Mencaci kebobrokan dan mencoba lari
Dipikirnya bisa sedang dimana-mana tak berbeda
Jika berani kenapa tidak dihadapi
Kalau pintar tentunya bisa memperbaiki
Tapi jiwa pengecut belum mati

Tak mau menjadi bagian dari masyarakat yang sakit ini
Tapi jadi penonton tentunya lebih tak berarti
Sedang waktu berputar pada detik yang sama
Dan bumi masih mengelilingi porosnya
Bukan hanya berjalan tapi bergulingan bersama

Tak ingin membusuk tapi masih memakan daging yang sama
Merah di luar dan ribuan belatung di dalamnya
Putih bukan lagi sebuah harga
Karena racun tak lagi menunjukkan warna
Berbaur dan tak menimbulkan rasa

Pergi dan menciptakan dunia sendiri
Bukan lebih mudah tapi juga betapa tak peduli
Pada bumi yang dipijak dan diludahi setiap hari
Sedang mati pun raga ingin mencium bumi
Yang melahirkanya dan memeluknya selama ini

Jangan lari, jangan hanya memaki
Bukan hanya telah menyusui tapi juga menyuapi
Selamatkan dia, jangan biarkan mati
Di tangan para jalang dan bedebah yang tak tahu diri
Yang setiap hari berteriak peduli sambil mengencingi ibu pertiwi

Jangan hanya menonton kemudian mencaci
Dia adalah ibu, kita adalah anak
Pengabdian bukan untuk setetes susu tapi juga harga diri
Bukan hanya malu tapi sakit hati
Ditelanjangi dan diperkosa ramai-ramai

Jangan lari, jangan lagi
Dengar tangisnya yang mengiris hati
Dia tidak memohon, seharusnya kamu mengerti
Sedangkan tidurmu dia yang menjagai
Tolong dia karena waktumu sudah tak lama lagi

Rabu, 17 Maret 2010

OPO MASALAHMU?

Opo masalahmu?
Jare ayu tapi kok polah koyo asu
Jare payu tapi tuku tahu ae ora mampu
Ngalor-ngidul mloka-mlaku
Koar-koar koyo bakul putu
Jebule raine palsu

Opo masalahmu?
Jare pinter tapi lek omong muter-muter
Jare cerdas tapi dijak mikir ra lekas-lekas
Ijasahe ono telulas jebule IQne mung limolas
Sekolahe nang luar negeri tapi pikirane ra mandi
Ealah, ternyata nggatheli

Opo masalahmu?
Jare sugih tapi ben dino ditagih
Jare ra butuh, ditinggal diluk ae ndase aboh
Sok ora peduli, mingket sitik ae digoleki
Lambene mecucu, diesemi ora nguyu
Tibane nesu

Opo masalahmu?
Ora usah kemayu, polahmu garai ngguyu
Ojo keminter, uripmu ae durung bener
Ora usah semugih, ndang dibayar cek ora ditagih
Ojo sok ra peduli, raimu nggatheli
Pikiren, opo masalahmu?

Jumat, 12 Maret 2010

CUKUP AKU

Tak perlu tampan di mata orang
Kau cukup tampan di mataku
Aku yang terakhir memandangmu sebelum kau tidur
Akulah yang pertama kali menatap setelah kau bangun

Tak perlu pintar di hadapan semua orang
Kau sangat pintar di hadapanku
Aku yang mendengarmu bicara bersama kopi dan koran pagimu
Akulah saksi setiap ide cemerlang yang keluar dari otakmu

Tak perlu kaya bagi semua orang
Kau begitu kaya bagiku
Aku yang tahu apa yang ada di dirimu tak bisa dibandingkan dengan harta
Akulah yang merasakan betapa isi kepalamu tak ternilai harganya

Tak perlu setia di depan semua orang
Kau cukup setia di depanku
Aku yang meraba hatimu dan mendengar detaknya
Akulah yang menyentuh jantungmu dan mendekapnya

Tak perlu bersumpah dengan kata-kata atas nama cinta
Kau cukup katakan padaku sekali saja
Aku pernah mendengar janjimu dan aku percaya
Akulah yang akan mengingatkanmu jika nanti kau lupa

Tak perlu mereka, cukup aku saja
Tak perlu bicara, diam pun aku terima
Cukup aku dan kamu saja yang merasa
Dan biar tuhan yang jadi saksinya

Senin, 08 Maret 2010

PILIH AKU

Seorang jalang berkata, “pilih aku”
Dia tahu rasanya sakit, dia hafal bagaimana perih
Pernah disakiti, sering dikhianati
Tak akan melukai, tak mungkin ingkar janji
Karena luka tak hanya membekas tapi tak terhapus
Jadi, “pilih aku”

Seekor tikus berteriak, “dukung aku”
Dia bisa hidup dalam gelap, dia biasa tidur dalam kotor
Pernah dibunuh, sering diburu
Tak akan menangkap, tak mungkin terperangkap
Karena kebiasaan bukan hanya hobi tapi jati diri
Jadi, “dukung aku”

Seorang jahanam ikut berkoar, “berjuang bersamaku”
Dia mengerti revolusi, dia punya strategi
Pernah berjuang, sering begadang
Tak akan mati, tak mungkin berhenti
Karena kata bukan hanya suara tapi belati
Jadi, “berjuang bersamaku”

Seekor kecoak ikut promosi, “jadikan aku”
Dia bisa mencium benci, dia membaui hati
Pernah ditabrak, sering diinjak
Tak akan menakuti, tak mungkin lupa diri
Karena kebusukan tak hanya tercium tapi meracuni
Jadi, “jadikan aku”

Seorang gelandangan lirih berkata, “beri makan aku”
Sakit tiap hari, perih apalagi
Gelap dan kotor tak istimewa lagi
Mengatur strategi demi mengisi perut hari ini
Tak hanya mencium tapi merasakan kebusukan tiap hari
Disakiti dan dikhianati itu cuma masalah hati
Diburu bukan cuma slogan hari ini
Berjuang dan begadang agar tidak kelaparan
Diinjak, kalau perlu ditabrak sampai mati

Siapa yang kau pilih, dia tak peduli
Siapa yang kau dukung, dia tak ikut bergabung
Siapa yang kau perjuangkan, dia tak akan meradang
Siapapun yang kau jadikan, dia tak akan melawan
Asal kau beri dia makan dan sebuah kesempatan
Untuk hidup lebih baik dari seekor binatang

Rabu, 03 Maret 2010

TIK, UNTUKMU

Tik, untukmu

Melihatmu bibirku ingin terus tersenyum, ingin sekali
Menatapmu mataku seolah tak punya malu lagi, seolah-olah
Memandangmu hatiku rasanya mau copot, rasa-rasanya
Tapi membayangkanmu saja seperti mau bunuh diri

Mendengar langkahmu, aku tahu itu kamu
Menangkap suaramu, gendang telingaku langsung berdenyut
Jangankan teriak, berbisik pun aku hafal nadamu
Tapi lagi-lagi, menangkap barisan kata dari bibirmu aku tak mampu

Tik, untukmu

Jangan minta aku mengatakan padamu
Karena kata keburu layu sebelum sampai di telingamu
Aku tak bisa bilang padamu
Karena mulut keburu kaku menangkap sebaris senyum itu

Jangan minta aku datang padamu
Jauh pun aku tak mampu menguasai diriku
Aku tak bisa datang, bukan tak mau
Karena kakiku langsung kaku dan terpaku pada tanah yang seperti menjeratku

Tik, untukmu

Aku pergi sesuka hatiku seperti kamu yang berlalu
Aku datang kalau mau seperti kamu yang tiba-tiba muncul di hadapanku
Raga bisa muncul dan berlalu
Entah hatimu entah pikiranmu

Kembali kalau kamu mau
Pergi lagi pun mana bisa kutolak itu
Wajahmu hadir dan menghantuiku
Bayanganmu tak pernah lepas dari otakku

Tik, untukmu

Kadang aku lari karena tak bisa kukuasai hatiku
Dan kamu pergi, entah apa yang ada di kepalamu
Kadang ingin kembali, meski ku tahu tak mampu
Dan bayangmu yang menyapa malamku

Bukan untuk kembali
Tak bisa diulang lagi
Tapi yang datang tak akan ada yang tahu
Jika mimpi ini satu, kutahu yang kumau

Minggu, 28 Februari 2010

KARYAWAN

Dulu, aku benci game di komputer
Sekarang, namakulah yang jadi top scorer
Andai ada lomba, aku yakin akulah pemenangnya
Seandainya ada penghargaan, aku layak jadi kandidatnya

Luntang-lantung aku berbulan-bulan
Setelah lulus tak juga dapat pekerjaan
Apa yang kurang?
Sedang IPK-ku sangat mengesankan

Kukutuk mereka yang berseragam tapi tak tahu aturan
Kumaki pegawai yang lebih sering ngopi daripada menyelesaikan pekerjaan
Yang seperti itu kok masih dipertahankan?
Benalu seperti mereka kok malah dikasih makan?

Kubuat CV-ku penuh gambaran
Tentang aku yang idealis dan impian yang ingin kuwujudkan
Kutulis lamaranku penuh harapan
Bahwa aku tidak akan mengecewakan, aku pantas diperhitungkan

Doa kupanjatkan siang dan malam
Berharap diterima di sebuah perusahaan
Menjadi karyawan dan cita-citaku dikabulkan
Tuhan, segera tunjukkan jalan

Maka disinilah aku jadi seorang karyawan
Berteman kopi dan abu rokok berserakan
Jam satu siang dan kantukku sudah tak tertahankan
Biarkan kutidur sejenak karena baik untuk kesehatan

Jangan caci aku, kalian hanya belum merasakan
Apa yang kulakukan ini adalah warisan
Tak bisa kuacuhkan, sedang yang lain juga diam
Tak bisa kutolak, aku hanya seorang karyawan yang tak ingin macam-macam

Hampir jam tiga dan aku akan pulang
Semua siap-siap bahkan ada yang sudah menghilang
Ingin jadi orang sakti, belajarlah disini
Kalau pintar pasti kamu bisa cepat lari

Dulu, aku hanya seorang pengangguran
Yang hobinya kirim-kirim lamaran
Sekarang, aku adalah seorang karyawan
Yang lebih banyak nganggur daripada melakukan pekerjaan

Sabtu, 27 Februari 2010

TAK BERJUDUL

Berjalan dengan setengah hati, sebut terseok
Bukan melaju karena kaki tak bermata dan mata tak berbias
Bulir-bulir halus seolah mutiara, bersinar diterpa kilatan cahaya
Tak bernilai tapi sangat berharga
Terbuang tapi tak pernah sia-sia
Sebuah kubangan andai mau berhenti
Deras dan semakin tak terbendung
Sepertinya hati begitu terluka
Masih berjalan bukan melamban
Semakin cepat seiring jantung yang bertambah ritmenya
Bening kristal masih menemani
Seolah peluh mendinginkan tubuh
Tak menghentikan, hanya meredam
Orang lalu lalang
Seperti nyamuk hanya bising terdengar, tak dihiraukan
Arah bukan lagi tujuan
Karena lari tak menjadi pilihan
Membawa serpihan yang semakin berantakan
Mengikuti kaki menjanjikan hati
Pada tempat yang tak bernama
Tak untuk menetap karena sayap selalu rindu mengepak
Dan mulailah berlari
Melajukan kaki yang ingin segera sampai
Masih dengan ribuan tetes di pipi
Yang bukan berhenti tapi tak terbendung lagi
Jangan bilang dia laki-laki, panggil saja manusia
Perasaan tak pernah berkelamin
Tidak hanya sakit tapi bisa juga mati
Malu sudah pergi, yang dia tahu mengeluarkan beban ini
Takut sudah lama lenyap, yang dia mau untuk kali ini
Dia berteriak, dia menerjang
Tak peduli yang menghadang, dia terlanjur meradang
Hanya untuk sebuah kata yang tak sempat diucapkan
Dan hanya bisa dia katakan pada deburan ombak yang saat ini menantang

Jumat, 26 Februari 2010

TERLENA (BUKAN LAGU DANGDUT)

Ada pagi yang tersenyum padaku
Ada pagi yang membuka mataku dengan silaunya
Matahari menyapa dengan hangatnya
Membuatku terlena, betapa indah dunia

Ada siang dimana aku tertawa
Ada siang dimana aku lupa segalanya
Bersorak dengan jenaka
Menari dan bernyanyi ha..ha…ha

Ada senja yang datang
Ada senja yang membayang
Membiaskan jingga yang membuatku merinding
Membuatku berhenti sejenak dan berpikir

Ada malam dimana mataku tidak bisa terpejam
Ada malam dimana aku hanya tergugu
Banjir dalam tangis, tanpa ada malu
Basah oleh peluh penyesalanku

Selasa, 23 Februari 2010

KU BAHAGIA

Tak terbiasa menulis dalam tawa
Tak mampu berkata dengan perut yang sudah begitu sesaknya
Senyum menghalau ribuan kata
Dan kantuk yang langsung menyerang
Bukan hanya tubuh tapi juga otak
Berpikir menjadi impian
Dan kata-kata hanya bisa berterbangan
Satu langkah dan berjuta berubah
Satu gerak dan bumi tidak hanya berputar tapi bergetar
Banyak berpikir dan kembali mentah
Keputusan singkat dan langsung wah
Takut bukan untuk dihilangkan
Sebuah kesempatan untuk hidup yang tak hanya sewarna
Jika harus terjadi saat ini
Meski tak bisa berbagi kan kukatakan pada dunia, aku bahagia

Minggu, 21 Februari 2010

LAKI-LAKI DAN KAMERA

Laki-laki dan kamera
Memandang sebuah objek yang mungkin tak akan kau temukan indahnya
Matanya menatap, matanya bersinar
Tak sekedar memandang tapi melihat
Sebuah objek yang tiba-tiba saja berubah menjadi kata
Bukan hanya puluhan tapi ratusan
Mereka muncul dan melebur dari sebuah potret yang terekam lensanya
Seorang laki-laki dengan kamera di tangannya
Melihatnya mungkin kau akan bertanya
Bagaimana sesuatu yang diam bisa banyak bercerita
Tak hanya bergerak tapi berlarian
Dan lahirlah sebuah mahakarya
Mungkin tak semua bisa diterjemahkan
Karena matanya tak sama dengan mata kita
Dia melihat apa yang tak terlihat
Dia mengambil apa yang bahkan tak pernah melintas di benak kita
Laki-laki dan sebuah kamera
Yang dia tenteng sepanjang hari, sepanjang masa
Baginya dia bukan hanya sebuah benda
Yang membantunya lari dari dunia yang terasa getir olehnya
Bukan juga dia pelampiasan
Karena dia selalu lari dan dia selalu bersamanya
Melihatnya kadang aku iri juga
Melihat dia bersamanya, tahulah apa yang kurasa
Tapi dia hanya seorang laki-laki dan kameranya
Mengambilnya sama dengan mencabut nyawanya
Merebut nyala yang menghangatkan tubuhnya
Mematikan api yang berhasil menyelamatkannya dari beku yang dulu pernah dideranya
Dan biarkan dia terus bersamanya
Membagi cerita pada dunia tentang apa yang bukan hanya dilihat tapi dirasakannya
Jarak hanya akan menjadi debu, yang mungkin tak berarti apa-apa, ketika kita memandang arah yang sama

Jumat, 19 Februari 2010

MANUSIA?

Maret 2002

Aku manusia…
Tapi mengapa aku harus merangkak jika ingin berjalan?
Aku manusia…
Tapi mengapa telingaku runcing jika ada yang bicara?
Aku manusia…
Tapi mengapa lidahku dua?
Aku manusia…
Tetapi mengapa harus membunuh jika lapar?
Aku manusia…
Tetapi kenapa aku lebih mengerti bahasa binatang?
Aku manusia…
Apa aku manusia?
Atau aku setengah manusia?
Aku manusia!
Aku ini manusia
Aku ingin jadi manusia!

Kamis, 18 Februari 2010

PUISI KUPU-KUPU MALAM

Kami adalah kumpulan wanita yang patah hati
Yang dikhianati cinta, hidup bahkan ayah kami sendiri
Kami adalah para wanita yang sakit hati
Yang lahir, hidup hanya untuk menanti mati
Kami hanyalah wanita yang terlalu lama sakit hati
Tak perlu makian untuk menghakimi
Karena bagi kami hidup ini adalah hukuman yang lebih pedih dari sekedar hukuman mati
Kami hanyalah wanita yang tak lagi punya mimpi
Karena kami terlalu disibukkan dengan janji-janji
Untuk apa kami harus mengabdi?
Pada cinta, hidup atau seorang ayah
Yang bahkan tak menginginkan kelahiran kami
Kami hanyalah kumpulan wanita yang tak lagi berhati
Yang tak lagi percaya pada cinta sejati

Rabu, 17 Februari 2010

SEBUAH DETAK DI ANTARA TEMBOK

Ada detak di antara tembok
Tak kuat memang, sabarlah
Jangan buru-buru bicara, kau bisa menakutinya
Dengarkan saja dan lihat bagaimana dia menunjukkan dirinya
Ada detak di antara dinding
Tak bersuara tapi bergerak
Jangan coba sentuh dia, kau bisa membuatnya patah
Tunggu saja dan dengar apa dia bisa bicara
Ada detak di dalam sebuah benteng
Bukan terperangkap tapi sedang sembunyi
Jangan panggil dia, dia akan lari
Di luar saja dan lihat apa dia mau keluar
Dia adalah detak kecil yang sombong
Jangan bilang mengerti jika kau masih bicara
Terima dia apa adanya?
Dia bukan seadanya
Kata seperti itu tak akan menyentuhnya
Jangan kejar dia, dia sudah bosan lari
Masih kau bilang mengerti sedang yang dia lihat kau hanya menghantui
Bilang mencintai tapi yang kau ingin cuma memiliki
Dia hanya sebuah detak yang mudah retak
Salah gerak dan kau cari mati

Senin, 15 Februari 2010

TIBA-TIBA

Tiba-tiba aku kangen kalian
Kurasa tak perlu bertanya kenapa karena hal seperti ini tidaklah mengherankan
Jauh dari kalian artinya meninggalkan sebagian raga terpisah untuk sementara
Tidak mengenakkan, terasa kurang
Aku mungkin sudah terbiasa tapi tetap saja rasa tidak bisa diacuhkan begitu saja
Untuk orang sepertiku rasa adalah segalanya
Meski tak ingin manja tapi membuatnya sedikit nyaman tentu bukan dosa

Tiba-tiba ingat kalian
Meski bukan hanya tawa yang pernah dibagi tapi tangis, aku sudah tak peduli
Tak lagi kuingat sedih, yang kuingat hanya suara canda kalian
Terpisah dari kalian mungkin tak akan membuatku mati tapi kuakui membekukan sebagian nurani
Membekukan jiwa yang terbiasa lepas
Dengan serapah, dengan segala sumpah
Mengingat kalian meski tidak serta mencairkan jiwa beku tapi kuyakin tetap layak dicoba

Tiba-tiba kulihat kalian
Muncul satu persatu dan menggodaku
Membawa senyum yang mulai kulupa rasanya
Dan entah kenapa sakit itu kembali terasa
Kupikir sudah tak ada ternyata dia kembali begitu saja
Tak kusesali hadir kalian, meski kadang kupertanyakan keberadaan kalian
Selama ini dimana kalian sembunyi?
Tiba-tiba muncul dan menawarkan luka lagi

Tiba-tiba tertawa kalian
Menertawakanku yang mulai kesakitan
Untuk inikah selama ini kalian sembunyi?
Kalian yang kukira mati ternyata masih sangat kuat untuk menyakiti
Dan tertawalah kalian, melihatku yang mulai kebingungan
Dan teruslah tertawa kalian, aku takkan keberatan
Tertawalah karena aku sudah tak lagi kehilangan

Minggu, 14 Februari 2010

TITIK

Surabaya, 19 Maret 2007

Pada titik aku berdiri
Entahlah, tapi yang terlihat seperti noda
Menghiasi selembar kertas polos
Aku tidak mengatakan putih karena aku tidak melihat warna

Di titik ini aku masih setia menanti waktu
Berjalan dan kemudian mengganti hari
Berlalu dan tiba-tiba sudah pagi
Seperti sebuah mimpi

Pada titik ini aku mencoba membuat garis
Menarik ke kiri, ke kanan
Kadang tak karuan
Tapi semua kembali pada titik
Titik yang sama

Di titik ini aku masih berdiri
Tak diam tapi selalu kembali
Bukan untuk sebuah penantian
Meski sampai saat ini belum sampai ujungnya

Pada titik ini aku mencoba jujur
Pada pikiranku, pada egoku
Dan meski sudah kutahu jawabnya
Tak pernah berhenti pertanyaan yang sama

Di titik ini kupasrahkan hidupku
Semua yang menjadi angan dan citaku
Di titik ini haruskah kuakhiri hidupku?
Pada mimpi yang sama
Asa yang tak pernah padam menyala

Kamis, 11 Februari 2010

MANA MIMPIMU?

Surabaya, 25 Januari 2010

Mana mimpimu?
Tunjukkan padaku
Jika kau begitu banyak bicara
Tak sepatutnya kau malu

Pernah kau bilang, “Akulah pejuang”
Lalu dimana semangat itu?
Sedang yang kulihat saat ini kau lebih sering lari
Daripada berdiri dan menghadapi onak di depanmu

Kita pernah bercerita pada malam
Tentang langit juga bulan
Bahwa suatu hari kita tidak hanya akan memandang
Tapi tertawa dan berlarian bersama bintang

Kau taruh dimana mimpimu?
Yang dulu kau tulis di atas selembar kertas
Bukan dengan tinta hitam atau biru
Tapi merah selayaknya bara semangatmu

Sering kau katakan padaku, “Akulah pemimpi besar”
Yang tidak hanya membual apalagi menghayal
Yang begitu yakin tak ada yang tak bisa dikejar
Dan kan kau tunjukkan pada dunia cita-cita yang berhasil kau wujudkan

Tapi dimana sekarang dirimu?
Sedang pikiranmu kadang berterbangan
Dan suaramu yang menggelegar masih tergiang
Bukan hanya di otakku tapi juga orang-orang

Lalu dimana mimpimu?
Yang dulu membuatmu begitu yakin itu hidupmu
Sedang tak kulihat lagi dirimu
Dan orang-orang mulai mencemoohmu

Apa sekarang kau begitu malu?
Bahkan sekedar untuk menunjukkan wajahmu
Sedang kata-katamu begitu melekat di kepalaku
Dan semangatmu telah berhasil membangunkan aku

Ada apa dengan mimpimu?
Yang kaubilang akan kau kejar sampai detik penghabisanmu
Matipun kau mau
Walau saat ini sepertinya kau tak kuat menahan malu

Rabu, 10 Februari 2010

NYANYIAN BADUT

18.00 wib
18 Maret 2002

Seorang badut mulai merias diri
Di depan cermin dia mulai beraksi
Rutinitas yang membosankan
Setiap hari mencoba menghibur orang lain
Sedang hatinya sendiri diabaikan
Tapi itulah kehidupan
Kadang sesuatu tidak seperti yang kita inginkan
Kembali ke badut
Berangkat pagi pulang di senja hari
Kadang sampai malam hari
Tapi siapa peduli
Si badut mulai bernyanyi
Dengan tangan dan kakinya
Ia coba menciptakan suasana hati
Dia tertawa dan tertawa
Menertawakan dirinya, hidupnya dan dunia ini
Sampai kapan harus seperti ini?
Menertawai diri sendiri
Tapi sepertinya dia sudah tidak peduli
Dan mulailah ia bernyanyi, lagi

AKU INGIN TIDUR MALAM INI

aku ingin tidur malam ini
tanpa mimpi
tanpa bayang
aku ingin lelap malam ini
dengan pikiran kosong
tanpa serapah yang biasa tumpah
pada malam yang kian angkuh
aku hanya ingin tidur malam ini
karena aku sudah lelah
dan biarkan matahari membangunkanku esok hari
dan biarkan aku tidur malam ini

Selasa, 09 Februari 2010

MAAF

Surabaya, 2 agustus 2009 22.32

Maaf aku tidak sempurna
Maaf aku tidak bisa mengerti apa yang kau rasa
Maaf kalau kamu harus kecewa
Maaf kalau mengecewakanmu
Maaf tak bisa melakukan yang kamu mau
Maaf tapi ini hidupku
Maaf kalau jalanku tak seperti jalanmu
Maaf tapi aku tidak bisa meminta maaf karena telah menjadi diriku

Aku sudah tidak percaya dengan salah dan benar
Yang kutahu, aku tahu yang kumau
Yang kumau, melakukan yang kumau
Jangan gunakan salahmu untuk menghukumku
Jangan gunakan benarmu untuk menghakimiku
Kamu hanya belum tahu
Kamu belum mau tahu
Aku takkan paksakan itu
Karena semua berjalan pada masanya
Terjadi pada waktunya, tepat

Aku tidak benci kamu
Sebagaimana aku tak ingin kau benci hidupku
Ini hanya pilihan yang kuambil karena nuraniku
Jangan halangi aku karena aku juga tak ingin memaksamu
Suka atau tidak. kau sesuaikan inginmu
Jangan tangisi aku, aku tidak sesat
Aku tahu kemana akan pergi
Aku tahu apa yang kucari

Jangan gunakan kata salah itu
Sebagaimana tak inginku kau benarkan
Benar dan salah terlalu berat untukku
Mungkin aku takkan pernah mampu
Benar atau salah bukan nilaiku
Bukan juga untuk menilaiku
Karena aku selalu tersesat untuk penilaian itu

Aku minta maaf atas ketidaksempurnaanku
Aku minta maaf tak bisa seperti yang kau mau
Maafkan aku kalau salah menurutmu
Karena benarmu terlalu mulia untukku
Tapi jangan minta aku meminta maaf karena telah menjadi diriku
Aku tidak sesat karena aku tahu jalanku
Hanya itu yang kau perlu tahu

Minggu, 07 Februari 2010

MIMPI

January 29th, 2009


waktu sudah menjawab bahwa mimpi tlah berkhianat

meski sempat mencaci, toh memang tidak ada yang perlu disesali

bukan tidak pernah lari, berkali-kali malah

mimpi adalah kemana aku pergi

sesumbar tentang diri, tentang bintang

sudah kutulis berkali sampai mendaki

aku tau kenapa ini dinamakan mimpi

karena dia tidak akan pernah jadi kenyataan

mimpi kemana aku lari

ketika gelap malam menyelimuti bumi

tapi kini dia terbang sendiri

meninggalkan makhluk bumi yang katanya sudah biasa sendiri

semua memang sudah terjawab

dan aku masih disini walo tanpa mimpi