Dulu, aku benci game di komputer
Sekarang, namakulah yang jadi top scorer
Andai ada lomba, aku yakin akulah pemenangnya
Seandainya ada penghargaan, aku layak jadi kandidatnya
Luntang-lantung aku berbulan-bulan
Setelah lulus tak juga dapat pekerjaan
Apa yang kurang?
Sedang IPK-ku sangat mengesankan
Kukutuk mereka yang berseragam tapi tak tahu aturan
Kumaki pegawai yang lebih sering ngopi daripada menyelesaikan pekerjaan
Yang seperti itu kok masih dipertahankan?
Benalu seperti mereka kok malah dikasih makan?
Kubuat CV-ku penuh gambaran
Tentang aku yang idealis dan impian yang ingin kuwujudkan
Kutulis lamaranku penuh harapan
Bahwa aku tidak akan mengecewakan, aku pantas diperhitungkan
Doa kupanjatkan siang dan malam
Berharap diterima di sebuah perusahaan
Menjadi karyawan dan cita-citaku dikabulkan
Tuhan, segera tunjukkan jalan
Maka disinilah aku jadi seorang karyawan
Berteman kopi dan abu rokok berserakan
Jam satu siang dan kantukku sudah tak tertahankan
Biarkan kutidur sejenak karena baik untuk kesehatan
Jangan caci aku, kalian hanya belum merasakan
Apa yang kulakukan ini adalah warisan
Tak bisa kuacuhkan, sedang yang lain juga diam
Tak bisa kutolak, aku hanya seorang karyawan yang tak ingin macam-macam
Hampir jam tiga dan aku akan pulang
Semua siap-siap bahkan ada yang sudah menghilang
Ingin jadi orang sakti, belajarlah disini
Kalau pintar pasti kamu bisa cepat lari
Dulu, aku hanya seorang pengangguran
Yang hobinya kirim-kirim lamaran
Sekarang, aku adalah seorang karyawan
Yang lebih banyak nganggur daripada melakukan pekerjaan
Minggu, 28 Februari 2010
Sabtu, 27 Februari 2010
TAK BERJUDUL
Berjalan dengan setengah hati, sebut terseok
Bukan melaju karena kaki tak bermata dan mata tak berbias
Bulir-bulir halus seolah mutiara, bersinar diterpa kilatan cahaya
Tak bernilai tapi sangat berharga
Terbuang tapi tak pernah sia-sia
Sebuah kubangan andai mau berhenti
Deras dan semakin tak terbendung
Sepertinya hati begitu terluka
Masih berjalan bukan melamban
Semakin cepat seiring jantung yang bertambah ritmenya
Bening kristal masih menemani
Seolah peluh mendinginkan tubuh
Tak menghentikan, hanya meredam
Orang lalu lalang
Seperti nyamuk hanya bising terdengar, tak dihiraukan
Arah bukan lagi tujuan
Karena lari tak menjadi pilihan
Membawa serpihan yang semakin berantakan
Mengikuti kaki menjanjikan hati
Pada tempat yang tak bernama
Tak untuk menetap karena sayap selalu rindu mengepak
Dan mulailah berlari
Melajukan kaki yang ingin segera sampai
Masih dengan ribuan tetes di pipi
Yang bukan berhenti tapi tak terbendung lagi
Jangan bilang dia laki-laki, panggil saja manusia
Perasaan tak pernah berkelamin
Tidak hanya sakit tapi bisa juga mati
Malu sudah pergi, yang dia tahu mengeluarkan beban ini
Takut sudah lama lenyap, yang dia mau untuk kali ini
Dia berteriak, dia menerjang
Tak peduli yang menghadang, dia terlanjur meradang
Hanya untuk sebuah kata yang tak sempat diucapkan
Dan hanya bisa dia katakan pada deburan ombak yang saat ini menantang
Bukan melaju karena kaki tak bermata dan mata tak berbias
Bulir-bulir halus seolah mutiara, bersinar diterpa kilatan cahaya
Tak bernilai tapi sangat berharga
Terbuang tapi tak pernah sia-sia
Sebuah kubangan andai mau berhenti
Deras dan semakin tak terbendung
Sepertinya hati begitu terluka
Masih berjalan bukan melamban
Semakin cepat seiring jantung yang bertambah ritmenya
Bening kristal masih menemani
Seolah peluh mendinginkan tubuh
Tak menghentikan, hanya meredam
Orang lalu lalang
Seperti nyamuk hanya bising terdengar, tak dihiraukan
Arah bukan lagi tujuan
Karena lari tak menjadi pilihan
Membawa serpihan yang semakin berantakan
Mengikuti kaki menjanjikan hati
Pada tempat yang tak bernama
Tak untuk menetap karena sayap selalu rindu mengepak
Dan mulailah berlari
Melajukan kaki yang ingin segera sampai
Masih dengan ribuan tetes di pipi
Yang bukan berhenti tapi tak terbendung lagi
Jangan bilang dia laki-laki, panggil saja manusia
Perasaan tak pernah berkelamin
Tidak hanya sakit tapi bisa juga mati
Malu sudah pergi, yang dia tahu mengeluarkan beban ini
Takut sudah lama lenyap, yang dia mau untuk kali ini
Dia berteriak, dia menerjang
Tak peduli yang menghadang, dia terlanjur meradang
Hanya untuk sebuah kata yang tak sempat diucapkan
Dan hanya bisa dia katakan pada deburan ombak yang saat ini menantang
Jumat, 26 Februari 2010
TERLENA (BUKAN LAGU DANGDUT)
Ada pagi yang tersenyum padaku
Ada pagi yang membuka mataku dengan silaunya
Matahari menyapa dengan hangatnya
Membuatku terlena, betapa indah dunia
Ada siang dimana aku tertawa
Ada siang dimana aku lupa segalanya
Bersorak dengan jenaka
Menari dan bernyanyi ha..ha…ha
Ada senja yang datang
Ada senja yang membayang
Membiaskan jingga yang membuatku merinding
Membuatku berhenti sejenak dan berpikir
Ada malam dimana mataku tidak bisa terpejam
Ada malam dimana aku hanya tergugu
Banjir dalam tangis, tanpa ada malu
Basah oleh peluh penyesalanku
Ada pagi yang membuka mataku dengan silaunya
Matahari menyapa dengan hangatnya
Membuatku terlena, betapa indah dunia
Ada siang dimana aku tertawa
Ada siang dimana aku lupa segalanya
Bersorak dengan jenaka
Menari dan bernyanyi ha..ha…ha
Ada senja yang datang
Ada senja yang membayang
Membiaskan jingga yang membuatku merinding
Membuatku berhenti sejenak dan berpikir
Ada malam dimana mataku tidak bisa terpejam
Ada malam dimana aku hanya tergugu
Banjir dalam tangis, tanpa ada malu
Basah oleh peluh penyesalanku
Selasa, 23 Februari 2010
KU BAHAGIA
Tak terbiasa menulis dalam tawa
Tak mampu berkata dengan perut yang sudah begitu sesaknya
Senyum menghalau ribuan kata
Dan kantuk yang langsung menyerang
Bukan hanya tubuh tapi juga otak
Berpikir menjadi impian
Dan kata-kata hanya bisa berterbangan
Satu langkah dan berjuta berubah
Satu gerak dan bumi tidak hanya berputar tapi bergetar
Banyak berpikir dan kembali mentah
Keputusan singkat dan langsung wah
Takut bukan untuk dihilangkan
Sebuah kesempatan untuk hidup yang tak hanya sewarna
Jika harus terjadi saat ini
Meski tak bisa berbagi kan kukatakan pada dunia, aku bahagia
Tak mampu berkata dengan perut yang sudah begitu sesaknya
Senyum menghalau ribuan kata
Dan kantuk yang langsung menyerang
Bukan hanya tubuh tapi juga otak
Berpikir menjadi impian
Dan kata-kata hanya bisa berterbangan
Satu langkah dan berjuta berubah
Satu gerak dan bumi tidak hanya berputar tapi bergetar
Banyak berpikir dan kembali mentah
Keputusan singkat dan langsung wah
Takut bukan untuk dihilangkan
Sebuah kesempatan untuk hidup yang tak hanya sewarna
Jika harus terjadi saat ini
Meski tak bisa berbagi kan kukatakan pada dunia, aku bahagia
Minggu, 21 Februari 2010
LAKI-LAKI DAN KAMERA
Laki-laki dan kamera
Memandang sebuah objek yang mungkin tak akan kau temukan indahnya
Matanya menatap, matanya bersinar
Tak sekedar memandang tapi melihat
Sebuah objek yang tiba-tiba saja berubah menjadi kata
Bukan hanya puluhan tapi ratusan
Mereka muncul dan melebur dari sebuah potret yang terekam lensanya
Seorang laki-laki dengan kamera di tangannya
Melihatnya mungkin kau akan bertanya
Bagaimana sesuatu yang diam bisa banyak bercerita
Tak hanya bergerak tapi berlarian
Dan lahirlah sebuah mahakarya
Mungkin tak semua bisa diterjemahkan
Karena matanya tak sama dengan mata kita
Dia melihat apa yang tak terlihat
Dia mengambil apa yang bahkan tak pernah melintas di benak kita
Laki-laki dan sebuah kamera
Yang dia tenteng sepanjang hari, sepanjang masa
Baginya dia bukan hanya sebuah benda
Yang membantunya lari dari dunia yang terasa getir olehnya
Bukan juga dia pelampiasan
Karena dia selalu lari dan dia selalu bersamanya
Melihatnya kadang aku iri juga
Melihat dia bersamanya, tahulah apa yang kurasa
Tapi dia hanya seorang laki-laki dan kameranya
Mengambilnya sama dengan mencabut nyawanya
Merebut nyala yang menghangatkan tubuhnya
Mematikan api yang berhasil menyelamatkannya dari beku yang dulu pernah dideranya
Dan biarkan dia terus bersamanya
Membagi cerita pada dunia tentang apa yang bukan hanya dilihat tapi dirasakannya
Jarak hanya akan menjadi debu, yang mungkin tak berarti apa-apa, ketika kita memandang arah yang sama
Memandang sebuah objek yang mungkin tak akan kau temukan indahnya
Matanya menatap, matanya bersinar
Tak sekedar memandang tapi melihat
Sebuah objek yang tiba-tiba saja berubah menjadi kata
Bukan hanya puluhan tapi ratusan
Mereka muncul dan melebur dari sebuah potret yang terekam lensanya
Seorang laki-laki dengan kamera di tangannya
Melihatnya mungkin kau akan bertanya
Bagaimana sesuatu yang diam bisa banyak bercerita
Tak hanya bergerak tapi berlarian
Dan lahirlah sebuah mahakarya
Mungkin tak semua bisa diterjemahkan
Karena matanya tak sama dengan mata kita
Dia melihat apa yang tak terlihat
Dia mengambil apa yang bahkan tak pernah melintas di benak kita
Laki-laki dan sebuah kamera
Yang dia tenteng sepanjang hari, sepanjang masa
Baginya dia bukan hanya sebuah benda
Yang membantunya lari dari dunia yang terasa getir olehnya
Bukan juga dia pelampiasan
Karena dia selalu lari dan dia selalu bersamanya
Melihatnya kadang aku iri juga
Melihat dia bersamanya, tahulah apa yang kurasa
Tapi dia hanya seorang laki-laki dan kameranya
Mengambilnya sama dengan mencabut nyawanya
Merebut nyala yang menghangatkan tubuhnya
Mematikan api yang berhasil menyelamatkannya dari beku yang dulu pernah dideranya
Dan biarkan dia terus bersamanya
Membagi cerita pada dunia tentang apa yang bukan hanya dilihat tapi dirasakannya
Jarak hanya akan menjadi debu, yang mungkin tak berarti apa-apa, ketika kita memandang arah yang sama
Jumat, 19 Februari 2010
MANUSIA?
Maret 2002
Aku manusia…
Tapi mengapa aku harus merangkak jika ingin berjalan?
Aku manusia…
Tapi mengapa telingaku runcing jika ada yang bicara?
Aku manusia…
Tapi mengapa lidahku dua?
Aku manusia…
Tetapi mengapa harus membunuh jika lapar?
Aku manusia…
Tetapi kenapa aku lebih mengerti bahasa binatang?
Aku manusia…
Apa aku manusia?
Atau aku setengah manusia?
Aku manusia!
Aku ini manusia
Aku ingin jadi manusia!
Aku manusia…
Tapi mengapa aku harus merangkak jika ingin berjalan?
Aku manusia…
Tapi mengapa telingaku runcing jika ada yang bicara?
Aku manusia…
Tapi mengapa lidahku dua?
Aku manusia…
Tetapi mengapa harus membunuh jika lapar?
Aku manusia…
Tetapi kenapa aku lebih mengerti bahasa binatang?
Aku manusia…
Apa aku manusia?
Atau aku setengah manusia?
Aku manusia!
Aku ini manusia
Aku ingin jadi manusia!
Kamis, 18 Februari 2010
PUISI KUPU-KUPU MALAM
Kami adalah kumpulan wanita yang patah hati
Yang dikhianati cinta, hidup bahkan ayah kami sendiri
Kami adalah para wanita yang sakit hati
Yang lahir, hidup hanya untuk menanti mati
Kami hanyalah wanita yang terlalu lama sakit hati
Tak perlu makian untuk menghakimi
Karena bagi kami hidup ini adalah hukuman yang lebih pedih dari sekedar hukuman mati
Kami hanyalah wanita yang tak lagi punya mimpi
Karena kami terlalu disibukkan dengan janji-janji
Untuk apa kami harus mengabdi?
Pada cinta, hidup atau seorang ayah
Yang bahkan tak menginginkan kelahiran kami
Kami hanyalah kumpulan wanita yang tak lagi berhati
Yang tak lagi percaya pada cinta sejati
Yang dikhianati cinta, hidup bahkan ayah kami sendiri
Kami adalah para wanita yang sakit hati
Yang lahir, hidup hanya untuk menanti mati
Kami hanyalah wanita yang terlalu lama sakit hati
Tak perlu makian untuk menghakimi
Karena bagi kami hidup ini adalah hukuman yang lebih pedih dari sekedar hukuman mati
Kami hanyalah wanita yang tak lagi punya mimpi
Karena kami terlalu disibukkan dengan janji-janji
Untuk apa kami harus mengabdi?
Pada cinta, hidup atau seorang ayah
Yang bahkan tak menginginkan kelahiran kami
Kami hanyalah kumpulan wanita yang tak lagi berhati
Yang tak lagi percaya pada cinta sejati
Rabu, 17 Februari 2010
SEBUAH DETAK DI ANTARA TEMBOK
Ada detak di antara tembok
Tak kuat memang, sabarlah
Jangan buru-buru bicara, kau bisa menakutinya
Dengarkan saja dan lihat bagaimana dia menunjukkan dirinya
Ada detak di antara dinding
Tak bersuara tapi bergerak
Jangan coba sentuh dia, kau bisa membuatnya patah
Tunggu saja dan dengar apa dia bisa bicara
Ada detak di dalam sebuah benteng
Bukan terperangkap tapi sedang sembunyi
Jangan panggil dia, dia akan lari
Di luar saja dan lihat apa dia mau keluar
Dia adalah detak kecil yang sombong
Jangan bilang mengerti jika kau masih bicara
Terima dia apa adanya?
Dia bukan seadanya
Kata seperti itu tak akan menyentuhnya
Jangan kejar dia, dia sudah bosan lari
Masih kau bilang mengerti sedang yang dia lihat kau hanya menghantui
Bilang mencintai tapi yang kau ingin cuma memiliki
Dia hanya sebuah detak yang mudah retak
Salah gerak dan kau cari mati
Tak kuat memang, sabarlah
Jangan buru-buru bicara, kau bisa menakutinya
Dengarkan saja dan lihat bagaimana dia menunjukkan dirinya
Ada detak di antara dinding
Tak bersuara tapi bergerak
Jangan coba sentuh dia, kau bisa membuatnya patah
Tunggu saja dan dengar apa dia bisa bicara
Ada detak di dalam sebuah benteng
Bukan terperangkap tapi sedang sembunyi
Jangan panggil dia, dia akan lari
Di luar saja dan lihat apa dia mau keluar
Dia adalah detak kecil yang sombong
Jangan bilang mengerti jika kau masih bicara
Terima dia apa adanya?
Dia bukan seadanya
Kata seperti itu tak akan menyentuhnya
Jangan kejar dia, dia sudah bosan lari
Masih kau bilang mengerti sedang yang dia lihat kau hanya menghantui
Bilang mencintai tapi yang kau ingin cuma memiliki
Dia hanya sebuah detak yang mudah retak
Salah gerak dan kau cari mati
Senin, 15 Februari 2010
TIBA-TIBA
Tiba-tiba aku kangen kalian
Kurasa tak perlu bertanya kenapa karena hal seperti ini tidaklah mengherankan
Jauh dari kalian artinya meninggalkan sebagian raga terpisah untuk sementara
Tidak mengenakkan, terasa kurang
Aku mungkin sudah terbiasa tapi tetap saja rasa tidak bisa diacuhkan begitu saja
Untuk orang sepertiku rasa adalah segalanya
Meski tak ingin manja tapi membuatnya sedikit nyaman tentu bukan dosa
Tiba-tiba ingat kalian
Meski bukan hanya tawa yang pernah dibagi tapi tangis, aku sudah tak peduli
Tak lagi kuingat sedih, yang kuingat hanya suara canda kalian
Terpisah dari kalian mungkin tak akan membuatku mati tapi kuakui membekukan sebagian nurani
Membekukan jiwa yang terbiasa lepas
Dengan serapah, dengan segala sumpah
Mengingat kalian meski tidak serta mencairkan jiwa beku tapi kuyakin tetap layak dicoba
Tiba-tiba kulihat kalian
Muncul satu persatu dan menggodaku
Membawa senyum yang mulai kulupa rasanya
Dan entah kenapa sakit itu kembali terasa
Kupikir sudah tak ada ternyata dia kembali begitu saja
Tak kusesali hadir kalian, meski kadang kupertanyakan keberadaan kalian
Selama ini dimana kalian sembunyi?
Tiba-tiba muncul dan menawarkan luka lagi
Tiba-tiba tertawa kalian
Menertawakanku yang mulai kesakitan
Untuk inikah selama ini kalian sembunyi?
Kalian yang kukira mati ternyata masih sangat kuat untuk menyakiti
Dan tertawalah kalian, melihatku yang mulai kebingungan
Dan teruslah tertawa kalian, aku takkan keberatan
Tertawalah karena aku sudah tak lagi kehilangan
Kurasa tak perlu bertanya kenapa karena hal seperti ini tidaklah mengherankan
Jauh dari kalian artinya meninggalkan sebagian raga terpisah untuk sementara
Tidak mengenakkan, terasa kurang
Aku mungkin sudah terbiasa tapi tetap saja rasa tidak bisa diacuhkan begitu saja
Untuk orang sepertiku rasa adalah segalanya
Meski tak ingin manja tapi membuatnya sedikit nyaman tentu bukan dosa
Tiba-tiba ingat kalian
Meski bukan hanya tawa yang pernah dibagi tapi tangis, aku sudah tak peduli
Tak lagi kuingat sedih, yang kuingat hanya suara canda kalian
Terpisah dari kalian mungkin tak akan membuatku mati tapi kuakui membekukan sebagian nurani
Membekukan jiwa yang terbiasa lepas
Dengan serapah, dengan segala sumpah
Mengingat kalian meski tidak serta mencairkan jiwa beku tapi kuyakin tetap layak dicoba
Tiba-tiba kulihat kalian
Muncul satu persatu dan menggodaku
Membawa senyum yang mulai kulupa rasanya
Dan entah kenapa sakit itu kembali terasa
Kupikir sudah tak ada ternyata dia kembali begitu saja
Tak kusesali hadir kalian, meski kadang kupertanyakan keberadaan kalian
Selama ini dimana kalian sembunyi?
Tiba-tiba muncul dan menawarkan luka lagi
Tiba-tiba tertawa kalian
Menertawakanku yang mulai kesakitan
Untuk inikah selama ini kalian sembunyi?
Kalian yang kukira mati ternyata masih sangat kuat untuk menyakiti
Dan tertawalah kalian, melihatku yang mulai kebingungan
Dan teruslah tertawa kalian, aku takkan keberatan
Tertawalah karena aku sudah tak lagi kehilangan
Minggu, 14 Februari 2010
TITIK
Surabaya, 19 Maret 2007
Pada titik aku berdiri
Entahlah, tapi yang terlihat seperti noda
Menghiasi selembar kertas polos
Aku tidak mengatakan putih karena aku tidak melihat warna
Di titik ini aku masih setia menanti waktu
Berjalan dan kemudian mengganti hari
Berlalu dan tiba-tiba sudah pagi
Seperti sebuah mimpi
Pada titik ini aku mencoba membuat garis
Menarik ke kiri, ke kanan
Kadang tak karuan
Tapi semua kembali pada titik
Titik yang sama
Di titik ini aku masih berdiri
Tak diam tapi selalu kembali
Bukan untuk sebuah penantian
Meski sampai saat ini belum sampai ujungnya
Pada titik ini aku mencoba jujur
Pada pikiranku, pada egoku
Dan meski sudah kutahu jawabnya
Tak pernah berhenti pertanyaan yang sama
Di titik ini kupasrahkan hidupku
Semua yang menjadi angan dan citaku
Di titik ini haruskah kuakhiri hidupku?
Pada mimpi yang sama
Asa yang tak pernah padam menyala
Pada titik aku berdiri
Entahlah, tapi yang terlihat seperti noda
Menghiasi selembar kertas polos
Aku tidak mengatakan putih karena aku tidak melihat warna
Di titik ini aku masih setia menanti waktu
Berjalan dan kemudian mengganti hari
Berlalu dan tiba-tiba sudah pagi
Seperti sebuah mimpi
Pada titik ini aku mencoba membuat garis
Menarik ke kiri, ke kanan
Kadang tak karuan
Tapi semua kembali pada titik
Titik yang sama
Di titik ini aku masih berdiri
Tak diam tapi selalu kembali
Bukan untuk sebuah penantian
Meski sampai saat ini belum sampai ujungnya
Pada titik ini aku mencoba jujur
Pada pikiranku, pada egoku
Dan meski sudah kutahu jawabnya
Tak pernah berhenti pertanyaan yang sama
Di titik ini kupasrahkan hidupku
Semua yang menjadi angan dan citaku
Di titik ini haruskah kuakhiri hidupku?
Pada mimpi yang sama
Asa yang tak pernah padam menyala
Kamis, 11 Februari 2010
MANA MIMPIMU?
Surabaya, 25 Januari 2010
Mana mimpimu?
Tunjukkan padaku
Jika kau begitu banyak bicara
Tak sepatutnya kau malu
Pernah kau bilang, “Akulah pejuang”
Lalu dimana semangat itu?
Sedang yang kulihat saat ini kau lebih sering lari
Daripada berdiri dan menghadapi onak di depanmu
Kita pernah bercerita pada malam
Tentang langit juga bulan
Bahwa suatu hari kita tidak hanya akan memandang
Tapi tertawa dan berlarian bersama bintang
Kau taruh dimana mimpimu?
Yang dulu kau tulis di atas selembar kertas
Bukan dengan tinta hitam atau biru
Tapi merah selayaknya bara semangatmu
Sering kau katakan padaku, “Akulah pemimpi besar”
Yang tidak hanya membual apalagi menghayal
Yang begitu yakin tak ada yang tak bisa dikejar
Dan kan kau tunjukkan pada dunia cita-cita yang berhasil kau wujudkan
Tapi dimana sekarang dirimu?
Sedang pikiranmu kadang berterbangan
Dan suaramu yang menggelegar masih tergiang
Bukan hanya di otakku tapi juga orang-orang
Lalu dimana mimpimu?
Yang dulu membuatmu begitu yakin itu hidupmu
Sedang tak kulihat lagi dirimu
Dan orang-orang mulai mencemoohmu
Apa sekarang kau begitu malu?
Bahkan sekedar untuk menunjukkan wajahmu
Sedang kata-katamu begitu melekat di kepalaku
Dan semangatmu telah berhasil membangunkan aku
Ada apa dengan mimpimu?
Yang kaubilang akan kau kejar sampai detik penghabisanmu
Matipun kau mau
Walau saat ini sepertinya kau tak kuat menahan malu
Mana mimpimu?
Tunjukkan padaku
Jika kau begitu banyak bicara
Tak sepatutnya kau malu
Pernah kau bilang, “Akulah pejuang”
Lalu dimana semangat itu?
Sedang yang kulihat saat ini kau lebih sering lari
Daripada berdiri dan menghadapi onak di depanmu
Kita pernah bercerita pada malam
Tentang langit juga bulan
Bahwa suatu hari kita tidak hanya akan memandang
Tapi tertawa dan berlarian bersama bintang
Kau taruh dimana mimpimu?
Yang dulu kau tulis di atas selembar kertas
Bukan dengan tinta hitam atau biru
Tapi merah selayaknya bara semangatmu
Sering kau katakan padaku, “Akulah pemimpi besar”
Yang tidak hanya membual apalagi menghayal
Yang begitu yakin tak ada yang tak bisa dikejar
Dan kan kau tunjukkan pada dunia cita-cita yang berhasil kau wujudkan
Tapi dimana sekarang dirimu?
Sedang pikiranmu kadang berterbangan
Dan suaramu yang menggelegar masih tergiang
Bukan hanya di otakku tapi juga orang-orang
Lalu dimana mimpimu?
Yang dulu membuatmu begitu yakin itu hidupmu
Sedang tak kulihat lagi dirimu
Dan orang-orang mulai mencemoohmu
Apa sekarang kau begitu malu?
Bahkan sekedar untuk menunjukkan wajahmu
Sedang kata-katamu begitu melekat di kepalaku
Dan semangatmu telah berhasil membangunkan aku
Ada apa dengan mimpimu?
Yang kaubilang akan kau kejar sampai detik penghabisanmu
Matipun kau mau
Walau saat ini sepertinya kau tak kuat menahan malu
Rabu, 10 Februari 2010
NYANYIAN BADUT
18.00 wib
18 Maret 2002
Seorang badut mulai merias diri
Di depan cermin dia mulai beraksi
Rutinitas yang membosankan
Setiap hari mencoba menghibur orang lain
Sedang hatinya sendiri diabaikan
Tapi itulah kehidupan
Kadang sesuatu tidak seperti yang kita inginkan
Kembali ke badut
Berangkat pagi pulang di senja hari
Kadang sampai malam hari
Tapi siapa peduli
Si badut mulai bernyanyi
Dengan tangan dan kakinya
Ia coba menciptakan suasana hati
Dia tertawa dan tertawa
Menertawakan dirinya, hidupnya dan dunia ini
Sampai kapan harus seperti ini?
Menertawai diri sendiri
Tapi sepertinya dia sudah tidak peduli
Dan mulailah ia bernyanyi, lagi
18 Maret 2002
Seorang badut mulai merias diri
Di depan cermin dia mulai beraksi
Rutinitas yang membosankan
Setiap hari mencoba menghibur orang lain
Sedang hatinya sendiri diabaikan
Tapi itulah kehidupan
Kadang sesuatu tidak seperti yang kita inginkan
Kembali ke badut
Berangkat pagi pulang di senja hari
Kadang sampai malam hari
Tapi siapa peduli
Si badut mulai bernyanyi
Dengan tangan dan kakinya
Ia coba menciptakan suasana hati
Dia tertawa dan tertawa
Menertawakan dirinya, hidupnya dan dunia ini
Sampai kapan harus seperti ini?
Menertawai diri sendiri
Tapi sepertinya dia sudah tidak peduli
Dan mulailah ia bernyanyi, lagi
AKU INGIN TIDUR MALAM INI
aku ingin tidur malam ini
tanpa mimpi
tanpa bayang
aku ingin lelap malam ini
dengan pikiran kosong
tanpa serapah yang biasa tumpah
pada malam yang kian angkuh
aku hanya ingin tidur malam ini
karena aku sudah lelah
dan biarkan matahari membangunkanku esok hari
dan biarkan aku tidur malam ini
tanpa mimpi
tanpa bayang
aku ingin lelap malam ini
dengan pikiran kosong
tanpa serapah yang biasa tumpah
pada malam yang kian angkuh
aku hanya ingin tidur malam ini
karena aku sudah lelah
dan biarkan matahari membangunkanku esok hari
dan biarkan aku tidur malam ini
Selasa, 09 Februari 2010
MAAF
Surabaya, 2 agustus 2009 22.32
Maaf aku tidak sempurna
Maaf aku tidak bisa mengerti apa yang kau rasa
Maaf kalau kamu harus kecewa
Maaf kalau mengecewakanmu
Maaf tak bisa melakukan yang kamu mau
Maaf tapi ini hidupku
Maaf kalau jalanku tak seperti jalanmu
Maaf tapi aku tidak bisa meminta maaf karena telah menjadi diriku
Aku sudah tidak percaya dengan salah dan benar
Yang kutahu, aku tahu yang kumau
Yang kumau, melakukan yang kumau
Jangan gunakan salahmu untuk menghukumku
Jangan gunakan benarmu untuk menghakimiku
Kamu hanya belum tahu
Kamu belum mau tahu
Aku takkan paksakan itu
Karena semua berjalan pada masanya
Terjadi pada waktunya, tepat
Aku tidak benci kamu
Sebagaimana aku tak ingin kau benci hidupku
Ini hanya pilihan yang kuambil karena nuraniku
Jangan halangi aku karena aku juga tak ingin memaksamu
Suka atau tidak. kau sesuaikan inginmu
Jangan tangisi aku, aku tidak sesat
Aku tahu kemana akan pergi
Aku tahu apa yang kucari
Jangan gunakan kata salah itu
Sebagaimana tak inginku kau benarkan
Benar dan salah terlalu berat untukku
Mungkin aku takkan pernah mampu
Benar atau salah bukan nilaiku
Bukan juga untuk menilaiku
Karena aku selalu tersesat untuk penilaian itu
Aku minta maaf atas ketidaksempurnaanku
Aku minta maaf tak bisa seperti yang kau mau
Maafkan aku kalau salah menurutmu
Karena benarmu terlalu mulia untukku
Tapi jangan minta aku meminta maaf karena telah menjadi diriku
Aku tidak sesat karena aku tahu jalanku
Hanya itu yang kau perlu tahu
Maaf aku tidak sempurna
Maaf aku tidak bisa mengerti apa yang kau rasa
Maaf kalau kamu harus kecewa
Maaf kalau mengecewakanmu
Maaf tak bisa melakukan yang kamu mau
Maaf tapi ini hidupku
Maaf kalau jalanku tak seperti jalanmu
Maaf tapi aku tidak bisa meminta maaf karena telah menjadi diriku
Aku sudah tidak percaya dengan salah dan benar
Yang kutahu, aku tahu yang kumau
Yang kumau, melakukan yang kumau
Jangan gunakan salahmu untuk menghukumku
Jangan gunakan benarmu untuk menghakimiku
Kamu hanya belum tahu
Kamu belum mau tahu
Aku takkan paksakan itu
Karena semua berjalan pada masanya
Terjadi pada waktunya, tepat
Aku tidak benci kamu
Sebagaimana aku tak ingin kau benci hidupku
Ini hanya pilihan yang kuambil karena nuraniku
Jangan halangi aku karena aku juga tak ingin memaksamu
Suka atau tidak. kau sesuaikan inginmu
Jangan tangisi aku, aku tidak sesat
Aku tahu kemana akan pergi
Aku tahu apa yang kucari
Jangan gunakan kata salah itu
Sebagaimana tak inginku kau benarkan
Benar dan salah terlalu berat untukku
Mungkin aku takkan pernah mampu
Benar atau salah bukan nilaiku
Bukan juga untuk menilaiku
Karena aku selalu tersesat untuk penilaian itu
Aku minta maaf atas ketidaksempurnaanku
Aku minta maaf tak bisa seperti yang kau mau
Maafkan aku kalau salah menurutmu
Karena benarmu terlalu mulia untukku
Tapi jangan minta aku meminta maaf karena telah menjadi diriku
Aku tidak sesat karena aku tahu jalanku
Hanya itu yang kau perlu tahu
Minggu, 07 Februari 2010
MIMPI
January 29th, 2009
waktu sudah menjawab bahwa mimpi tlah berkhianat
meski sempat mencaci, toh memang tidak ada yang perlu disesali
bukan tidak pernah lari, berkali-kali malah
mimpi adalah kemana aku pergi
sesumbar tentang diri, tentang bintang
sudah kutulis berkali sampai mendaki
aku tau kenapa ini dinamakan mimpi
karena dia tidak akan pernah jadi kenyataan
mimpi kemana aku lari
ketika gelap malam menyelimuti bumi
tapi kini dia terbang sendiri
meninggalkan makhluk bumi yang katanya sudah biasa sendiri
semua memang sudah terjawab
dan aku masih disini walo tanpa mimpi
Langganan:
Postingan (Atom)