Minggu, 28 Maret 2010

ADA BURUNG PAGI INI

Seekor burung terlihat riang pagi ini
Dari ranting ke ranting dia melompat
Meski tak keras, terdengar merdu cicitannya
Di antara hijau dia bercengkrama
Mulutnya penuh dengan semut yang tertangkap
Tak ada tangis kematian, hanya sebuah lingkaran
Dari siklus yang lebih tua dari pohon ratusan tahun di pinggiran desa
Tak ada penyesalan, sebuah aktivitas yang akan terus berjalan
Bukan mensyukuri ketiadaan tapi kebanggaan bahwa masih ada burung yang bisa terbang
Di sebuah desa yang mulai kehilangan sejuknya
Tak lagi mudah menangkap panorama yang dulu biasa
Matahari yang menembus hijau dedauanan
Burung yang bukan hanya berkicau tapi berkejaran
Sekawanan ayam yang saling berebut makanan
Bahkan ikan pun tak akan menangisi keluarganya
Yang harus berakhir di atas piring dengan lalapan seadanya
Demi sebuah keseimbangan yang harus tetap terjaga
Pemandangan yang semakin jarang terlihat di buku gambar anak sekolah
Apa yang dulu kita sebut surga, haruskah kita sebut mimpi saat ini?
Karena sungai tak lagi menyimpan ikan tapi racun yang siap mengintai
Pohon yang dulu rimbun berganti dengan jajaran tiang dan menara
Bukan meredam sengat mentari tapi justru menantangnya
Dan gedung bukan hanya tinggi tapi mencakar langit yang semakin terintimidasi
Jika masih kulihat burung pagi ini, mimpikah aku?
Tentang desa yang dulu pernah ada
Atau jangan-jangan, aku sudah ada di surga?

Senin, 22 Maret 2010

JANGAN LARI

Bukan hanya bagian dari kebusukan tapi lahir dari sini
Kenapa akan terus menjadi sebuah pertanyaan
Karena jawaban bukan hanya sedang di awang-awang tapi akan terus melayang
Ketika hati tidak lebih dari dengki
Dan otak lebih sering kram daripada berfungsi

Mencaci kebobrokan dan mencoba lari
Dipikirnya bisa sedang dimana-mana tak berbeda
Jika berani kenapa tidak dihadapi
Kalau pintar tentunya bisa memperbaiki
Tapi jiwa pengecut belum mati

Tak mau menjadi bagian dari masyarakat yang sakit ini
Tapi jadi penonton tentunya lebih tak berarti
Sedang waktu berputar pada detik yang sama
Dan bumi masih mengelilingi porosnya
Bukan hanya berjalan tapi bergulingan bersama

Tak ingin membusuk tapi masih memakan daging yang sama
Merah di luar dan ribuan belatung di dalamnya
Putih bukan lagi sebuah harga
Karena racun tak lagi menunjukkan warna
Berbaur dan tak menimbulkan rasa

Pergi dan menciptakan dunia sendiri
Bukan lebih mudah tapi juga betapa tak peduli
Pada bumi yang dipijak dan diludahi setiap hari
Sedang mati pun raga ingin mencium bumi
Yang melahirkanya dan memeluknya selama ini

Jangan lari, jangan hanya memaki
Bukan hanya telah menyusui tapi juga menyuapi
Selamatkan dia, jangan biarkan mati
Di tangan para jalang dan bedebah yang tak tahu diri
Yang setiap hari berteriak peduli sambil mengencingi ibu pertiwi

Jangan hanya menonton kemudian mencaci
Dia adalah ibu, kita adalah anak
Pengabdian bukan untuk setetes susu tapi juga harga diri
Bukan hanya malu tapi sakit hati
Ditelanjangi dan diperkosa ramai-ramai

Jangan lari, jangan lagi
Dengar tangisnya yang mengiris hati
Dia tidak memohon, seharusnya kamu mengerti
Sedangkan tidurmu dia yang menjagai
Tolong dia karena waktumu sudah tak lama lagi

Rabu, 17 Maret 2010

OPO MASALAHMU?

Opo masalahmu?
Jare ayu tapi kok polah koyo asu
Jare payu tapi tuku tahu ae ora mampu
Ngalor-ngidul mloka-mlaku
Koar-koar koyo bakul putu
Jebule raine palsu

Opo masalahmu?
Jare pinter tapi lek omong muter-muter
Jare cerdas tapi dijak mikir ra lekas-lekas
Ijasahe ono telulas jebule IQne mung limolas
Sekolahe nang luar negeri tapi pikirane ra mandi
Ealah, ternyata nggatheli

Opo masalahmu?
Jare sugih tapi ben dino ditagih
Jare ra butuh, ditinggal diluk ae ndase aboh
Sok ora peduli, mingket sitik ae digoleki
Lambene mecucu, diesemi ora nguyu
Tibane nesu

Opo masalahmu?
Ora usah kemayu, polahmu garai ngguyu
Ojo keminter, uripmu ae durung bener
Ora usah semugih, ndang dibayar cek ora ditagih
Ojo sok ra peduli, raimu nggatheli
Pikiren, opo masalahmu?

Jumat, 12 Maret 2010

CUKUP AKU

Tak perlu tampan di mata orang
Kau cukup tampan di mataku
Aku yang terakhir memandangmu sebelum kau tidur
Akulah yang pertama kali menatap setelah kau bangun

Tak perlu pintar di hadapan semua orang
Kau sangat pintar di hadapanku
Aku yang mendengarmu bicara bersama kopi dan koran pagimu
Akulah saksi setiap ide cemerlang yang keluar dari otakmu

Tak perlu kaya bagi semua orang
Kau begitu kaya bagiku
Aku yang tahu apa yang ada di dirimu tak bisa dibandingkan dengan harta
Akulah yang merasakan betapa isi kepalamu tak ternilai harganya

Tak perlu setia di depan semua orang
Kau cukup setia di depanku
Aku yang meraba hatimu dan mendengar detaknya
Akulah yang menyentuh jantungmu dan mendekapnya

Tak perlu bersumpah dengan kata-kata atas nama cinta
Kau cukup katakan padaku sekali saja
Aku pernah mendengar janjimu dan aku percaya
Akulah yang akan mengingatkanmu jika nanti kau lupa

Tak perlu mereka, cukup aku saja
Tak perlu bicara, diam pun aku terima
Cukup aku dan kamu saja yang merasa
Dan biar tuhan yang jadi saksinya

Senin, 08 Maret 2010

PILIH AKU

Seorang jalang berkata, “pilih aku”
Dia tahu rasanya sakit, dia hafal bagaimana perih
Pernah disakiti, sering dikhianati
Tak akan melukai, tak mungkin ingkar janji
Karena luka tak hanya membekas tapi tak terhapus
Jadi, “pilih aku”

Seekor tikus berteriak, “dukung aku”
Dia bisa hidup dalam gelap, dia biasa tidur dalam kotor
Pernah dibunuh, sering diburu
Tak akan menangkap, tak mungkin terperangkap
Karena kebiasaan bukan hanya hobi tapi jati diri
Jadi, “dukung aku”

Seorang jahanam ikut berkoar, “berjuang bersamaku”
Dia mengerti revolusi, dia punya strategi
Pernah berjuang, sering begadang
Tak akan mati, tak mungkin berhenti
Karena kata bukan hanya suara tapi belati
Jadi, “berjuang bersamaku”

Seekor kecoak ikut promosi, “jadikan aku”
Dia bisa mencium benci, dia membaui hati
Pernah ditabrak, sering diinjak
Tak akan menakuti, tak mungkin lupa diri
Karena kebusukan tak hanya tercium tapi meracuni
Jadi, “jadikan aku”

Seorang gelandangan lirih berkata, “beri makan aku”
Sakit tiap hari, perih apalagi
Gelap dan kotor tak istimewa lagi
Mengatur strategi demi mengisi perut hari ini
Tak hanya mencium tapi merasakan kebusukan tiap hari
Disakiti dan dikhianati itu cuma masalah hati
Diburu bukan cuma slogan hari ini
Berjuang dan begadang agar tidak kelaparan
Diinjak, kalau perlu ditabrak sampai mati

Siapa yang kau pilih, dia tak peduli
Siapa yang kau dukung, dia tak ikut bergabung
Siapa yang kau perjuangkan, dia tak akan meradang
Siapapun yang kau jadikan, dia tak akan melawan
Asal kau beri dia makan dan sebuah kesempatan
Untuk hidup lebih baik dari seekor binatang

Rabu, 03 Maret 2010

TIK, UNTUKMU

Tik, untukmu

Melihatmu bibirku ingin terus tersenyum, ingin sekali
Menatapmu mataku seolah tak punya malu lagi, seolah-olah
Memandangmu hatiku rasanya mau copot, rasa-rasanya
Tapi membayangkanmu saja seperti mau bunuh diri

Mendengar langkahmu, aku tahu itu kamu
Menangkap suaramu, gendang telingaku langsung berdenyut
Jangankan teriak, berbisik pun aku hafal nadamu
Tapi lagi-lagi, menangkap barisan kata dari bibirmu aku tak mampu

Tik, untukmu

Jangan minta aku mengatakan padamu
Karena kata keburu layu sebelum sampai di telingamu
Aku tak bisa bilang padamu
Karena mulut keburu kaku menangkap sebaris senyum itu

Jangan minta aku datang padamu
Jauh pun aku tak mampu menguasai diriku
Aku tak bisa datang, bukan tak mau
Karena kakiku langsung kaku dan terpaku pada tanah yang seperti menjeratku

Tik, untukmu

Aku pergi sesuka hatiku seperti kamu yang berlalu
Aku datang kalau mau seperti kamu yang tiba-tiba muncul di hadapanku
Raga bisa muncul dan berlalu
Entah hatimu entah pikiranmu

Kembali kalau kamu mau
Pergi lagi pun mana bisa kutolak itu
Wajahmu hadir dan menghantuiku
Bayanganmu tak pernah lepas dari otakku

Tik, untukmu

Kadang aku lari karena tak bisa kukuasai hatiku
Dan kamu pergi, entah apa yang ada di kepalamu
Kadang ingin kembali, meski ku tahu tak mampu
Dan bayangmu yang menyapa malamku

Bukan untuk kembali
Tak bisa diulang lagi
Tapi yang datang tak akan ada yang tahu
Jika mimpi ini satu, kutahu yang kumau